Postingan

Menampilkan postingan dari 2020

PERAN MAHASISWA DALAM MENUMBUHKAN NILAI – NILAI DEMOKRASI DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1   Latar Belakang Ketika menjadi mahasiswa, berarti ia bukan lagi seorang siswa yang pada umumnya tanggungjawabnya hanya belajar. Menjadi mahasiswa berarti sudah siap untuk menjadi bermanfaat untuk sesama, orang yang intelek dan kritis akan keadaan sekitar. Dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi pun, sudah disebutkan bahwa Pendidikan, Penelitian dan Pengembangan, dan Pengabdian Kepada Masyarakat itu juga menjadi kewajiban bagi mahasiswa. Maka dari itu, disini mahasiswa dituntut untuk berperan aktif baik dalam hal akademik maupun non akademiknya. Selain tercantum di dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi pada khususnya mahasiswa juga memiliki 4 peran, yang diantaranya adalah sebagai iron stock , agent of change , social control , dan moral force yang berarti disini mahasiswa merupakan stok pengganti yang kuat untuk menggantikan generasi – generasi terdahulu, lalu mahasiswa juga sebagai agen perubahan terhadap sesuatu yang menyimpang atau memang sudah masanya untuk

PELUANG DAN TANTANGAN LAPANGAN PEKERJAAN DI REVOLUSI INDUSTRI 4.0

             Sejak Indonesia merdeka pada tahun 1945 atau tepatnya 74 tahun yang lalu, jumlah penduduk di Indonesia sudah mencapai sekitar 70 juta jiwa. Seiring berjalannya waktu, penduduk Indonesia cenderung bertambah dan saat ini Indonesia sudah memiliki sekitar 265 juta jiwa, banyaknya penduduk yang dimiliki Indonesia ini sebenarnya merupakan suatu keuntungan bagi pembangunan nasional, ditambah lagi jumlah usia produktif Indonesia yang lebih dominan dibandingkan usia non produktifnya yaitu sekitar 180 juta jiwa yang berumur 14 – 64 tahun (databoks, kumparan.com : 2019). Namun, percuma saja jika lapangan kerja yang ada juga tidak bertambah, hal ini selain membuang kesempatan yang ada juga akan memberikan dampak, seperti tindak kejahatan yang cenderung meningkat karena para pelaku yang harus memenuhi kebutuhan hidupnya akan tetapi karena ia menanggur jadi ia akan melakukan segala cara untuk memenuhi kebutuhannya itu.             Saat ini merupakan era revolusi industri 4.0 yan

Perekonomian Indonesia di Tengah FinTech Global

Pernah suatu waktu saya mengikuti talkshow yang menjadi sub-acara dalam Bedah Kampus di Universitas Indonesia (BK UI 2019) dan kebetulan saat itu bintang tamunya adalah Najwa Shihab atau yang akrab dipanggil Mba Nana. Saat itu beliau hanya memberikan kalimat-kalimat yang cukup membuat pikiran sedikit terbuka, hal yang sering kita abaikan dan beliau menyampaikannya dengan susunan kalimat yang tegas dan tajam. Beliau berkata, “Musuh kita bukanlah mahasiswa dari negeri lain, atau dari Perguruan Tinggi Negeri sebelah, tapi saingan kita adalah super computer ” . Ya, seiring berjalannya waktu teknologi selalu menjadi lebih canggih lagi setiap harinya bahkan setiap 30 menit. Inovasi-inovasi yang muncul juga dari berbagai bidang dan tak terkecuali teknologi dalam bidang keuangan ( finance ) atau yang di kenal dengan Financial Technology (FinTech) . Maksud dari FinTech ini adalah Teknologi yang bergerak pada bidang Jasa Keuangan yang keberadaannya ini diharapkan agar masyarakat dapat deng

Impor Besi dan Baja Tinggi, BUMN Ini Ikut Krisis

Tingginya kebutuhan akan besi dan baja membuat tingginya permintaan besi dan baja pula. Tidak hanya dari perusahaan pada sektor infrastruktur, otomotif, dan bahkan industry elektronik yang memang membutuhkan besi atau baja sebagai bahan untuk produksinya, bahkan besi dan baja ringan atau yang memiliki unsur karbon yang cukup tinggi sering kita gunakan atau temui di dalam kehidupan sehari – hari. Misalnya, besi yang biasa digunakan untuk peralatan dapur, kunci rumah atau aksesoris dan untuk peralatan yang terbuat dari baja juga sering kita temui, contoh alatnya seperti gergaji yang terbuat dari baja yang memiliki kandungan karbon yang tinggi yaitu sekitar 0.7 – 1.5 %, barang yang terbuat dari baja lunak juga sering kita lihat dalam kehidupan sehari – hari seperti baut, mur, dan lain sebagainya. Namun sayangnya, tingginya permintaan besi dan baja di Indonesia tidak beriringan dengan canggihnya teknologi yang dimiliki, masih belum efisien, sehingga produksinya masih lamban dan bahkan men